Jumat, 26 Oktober 2012

MASSURO BACA

UNIK... kata yang tepat untuk ritual yang satu ini. Entah siapa yang pertama kali mempopulerkannya. Kata "MASURO BACA" diambil dari bahasa bugis yang berasal dari dua kata yakni "Massuro" = Menyuruh (dari kata dasar "suro" = suruh) dan "Baca" = Baca. Massuro Baca adalalah menyuruh membaca. Ha ha ha . . . .  sepertinya ini tak bisa diartikan kata perkata karena akan mengaburkan makna sebenarnya. Setahu saya,,, Massuro Baca adalah ungkapan kesyukuran kepada Tuhan karena nikmat dan rezki yang diperoleh dengan menyajikan makanan diatas nampan dan dibacakan doa-doa.


Massuro Baca merupakan kegiatan dengan menyiapkan makanan khusus, kemudian mengundang "Pa'baca" (pembaca doa) yang kadang merupakan "to macca" (orang pintar) / ustadz di sekitar daerah tempat tinggal. Kalau dilihat dari segi umur, mereka kebanyakan adalah orang tua (nenek/kakek). "To Macca" ini akan membacakan doa di depan makanan-makanan yang disiapkan oleh tuan rumah "mappabaca" tersebut. Penyajian makanan di atas "kappara/baki" (nampan) dan terkadang di dekat makanan tersebut disimpan dupa-dupa yang ditancapkan di gelas yang berisi beras. Apa maksud semua ini yah.....?

Massuro Baca ini pada umumnya dapat dijumpai di daerah Bugis, Makassar dan Mandar. Ada yang mengatakan, ritual ini di bawah oleh sunan-sunan yang mengajarkan agama Islam secara bertahap karena dulu nusantara dikuasai oleh budaya Hindu-Budha. Ada benarnya sih,,, tp ini perlu dipahami secara baik dan benar agar niat dan pola pikir orangyang melaksanakan Massuro Baca ini tidak menjadikan mereka termasuk golongan orang musyrik.

Massuro Baca biasanya dilaksanakan saat acara-acara besar keagamaan (Idriul Fitri, Idul Adha, Maulid, Memasuki Bulan Ramadhan,dll), biasa juga dilaksanakan saat acara syukuran karena hasil panen berlimpah, ada mobil/motor baru, lulus dari sekolah, masuk kuliah, dll. Kalau ditelusuri, inti dari ritual ini adalah menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat dan rezeki yang diperoleh.

Yang menjadi pertanyaan adalah....
*Kalau ingin mensyukuri nikmat dan rezeki itu mesti di hari raya, sedangkan nikmat dan rezeki itu biasa datang diluar hari itu?
*Kalau untuk berdoa kepada Tuhan, kenapa mesti menyediakan sesajian dan dupa-dupa segala?
*Kalau mau dibaca (doa-doa), kenapa mesti tau macca (orang pintar) / ustadz. Kita sendiri kan bisa,, loh kita yang rasakan nikmat dan rezekinya?


Beberapa pendapat ustaz yang saya temui, mengatakan bahwa ritual seperti itu sangat dekat dengan kemusyrikan karena bila diniatkan agar doa yang panjatkan itu dikabulkan lantaran adanya makanan yang disajikan, maka ini termasuk musyrik. Atau jika suatu saat nanti dihari-hari besar keagamaan/ mendapat rezeki yang berlimpah, kita merasa berdosa karena tidak Massuro Baca. maka ini yang dimaksud bid'ah dan itu dosa.

Jadi kalau nenek/ orang tua/ keluarga dll melakukan ritual itu,,, kita tinggal luruskan niat, ini acara kumpul-kumpul keluarga dan makan-makan bersama... ^^ Sambil bicara halus ttg itu ritual, agar orang yang ada pada saat itu memperbaiki niat mereka, apalagi jika dibungkus dengan canda tawa... Yang mesti diingat...jangan tunggu lama-lama.... Mari Makaaaan.... ^_^

Wallahu a'lam...

Muhammad Fajrin S |
Pengurus DPK BKPRMI Tanete Rilau


2 komentar:

  1. Betul itu...
    Tpi, yang usahnya karena jika kita bicara sama orang tua. Biasanya mereka lansung tersinggung...
    Hehehehhe

    BalasHapus
  2. Batas Kebiasaan ini sangat tipis dengan kemusyrikan.jika tidak dipahami asal muasalnya.

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami.
Silahkan komentar. Salam Blogger ^_^